Senin, 18 Januari 2010

Ekspor Migas Indonesia
Kegiatan ekspor yang dilakukan oleh Indonesia dapat dibagi menjadi dua sektor, yakni migas dan non migas. Sektor migas meliputi minyak mentah, gas alam dan berbagai macam produk turunannya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari website BPS, jumlah produksi migas Indonesia dari tahun-tahun belakangan ini cendrung menurun. Walaupun tidak terlalu tajam, namun tetap berdampak pada perekonomian. Misalnya produksi crude oil dari tahun 2004 ke tahun 2005 turun dari 354,351.90 barrel menjadi 341,824.20 barrel atau turun sebesar 3.5%. Sedangkan condensate turun 17,1%, natural gas turun 4,4%, premium turun 11%, dan pertamax juga turun sebesar 11%. Mungkin dikarenakan menurunnya produksi migas secara umum inilah, ekspor migas Indonesia menurun.
Menurut Kepala Badan Pusat Statistik Rusman Heriawan selama Juli2007, ekspor migas turun sebesar 0,46 persen dari US$ 1,805 miliar menjadi US$ 1,796 miliari Juni 2007, dar. Turunnya ekspor tersebut, disebabkan anjloknya ekspor minyak mentah sebesar 16,57 persen. Selain itu ekspor hasil minyak juga turun 10 persen. Ekspor migas turun karena lifting produksi yang turun tahun 2007. Penurunan ini disebabkan menurunnya volume ekspor minyak mentah sebesar 22,84 persen dan hasil minyak 13,05 persen. Sedangkan ekspor gas pada Juli 2007 mengalami kenaikan 20,02 persen. Secara keseluruhan ekspor migas turun 14,40 persen. Padahal harga minyak dunia pada Juli naik US$ 75,50 dari US$ 69,14 per barel pada saat itu. Sementara itu, kinerja ekspor non migas justeru mengalami peningkatan atau naik 5,30 persen dari US$ 7,612 miliar menjadi US$ 8,016 miliar.
Sedangkan penurunan ekspor migas selama Januari 2008, adalah sebesar 11,72% dari US$2,5 miliar menjadi US$2,2 miliar. Penurunan ini disebabkan menurunnya ekspor minyak mentah sebesar 23,01% menjadi US$832,3 juta. Begitu juga dengan ekspor hasil minyak yang turun sebesar 15,09% menjadi US$258,9 juta. Sementara ekspor gas malah naik 0,07% menjadi US$1,12 miliar. Sementara itu, harga minyak mentah Indonesia di pasar dunia naik dari US$91,54 per barel di Desember 2007 menjadi US$92,53 per barel di Januari 2008.
Walaupun demikian, net ekspor Indonesia tidak menurun, hal ini karena penurunan ekspor migas dapat ditutupi oleh kenaikan ekspor non migas yang signifikan. Nilai ekspor Indonesia pada Januari 2008 mencapai US$11,08 miliar atau meningkat sebesar 2,03% dibanding ekspor Desember 2007. Kontribusi kenaikan non migas yakni sebesar 6,16% yaitu dari US$8,35 miliar menjadi US$8,86 miliar. Peningkatan ekspor non migas Januari 2008 terjadi pada komoditas bijih, kerak, dan abu logam (HS 26) sebesar US$249,8 juta.
Jadi sebaiknya pemerintah lebih memajukan sektor non migas yang terbukti sedang berkembang pesa. Sedang untuk migas, walaupun harga yang ditawarkan dunia menggiurkan, lebih baik di peruntukan kepada konsumsi dalam negri saja. Dari pada Negara kaya mengekspor minyak ke dunia yang akhitnya minyak di Indonesia habis, dan masyarakat Indonesia sendiri kesulitan dalam memperoleh minyak, lebih baik minyaknya jangan di ekspor.
Sebenarnya, ada hal yang janggal mengenai data-data ekspor Indonesia yang saya dapatkan. Kebanyakan sumber menyatakan bahwa, belakangan ini ekspor Indonesia meninggkat, hal ini disebabkan karena peningkatan ekspor sektor non migas, sedangkan sektor migas ekspornya turun. Namun hal yang lain dipublikasikan oleh mensesneg. Berikut adalah catatan Mensesneg mengenai pernyataan presiden.
Presiden SBY menyatakan:”Kontribusi eksport atas ekonomi tinggi dan baik, pada 2007 ekpor tumbuh 15,5 persen untuk produk non migas dan migas empat persen. Dari komponen growth setara dengan 47,4 persen maka menjadi tugas pemerintah untuk mempertahankan kontribusi itu mengingat situasi dunia kurang bersahabat seperti resesi di sejumlah negara dan berpengaruh atas kesempatan kita

0 komentar: