Minggu, 17 Januari 2010

Elnusa Ekspansi Pengeboran Lepas Pantai



Jakarta, beritabaru.com - PT Elnusa Tbk berencana melakukan investasi peralatan pengeboran lepas pantai sebagai antisipasi meningkatnya permintaan peralatan ini. Dalam memberikan pelayanan jasa pengeboran lepas pantai itu, Elnusa tidak bekerja sendiri mengingat biayanya sangat mahal.

Untuk itu, pihaknya akan menggandeng mitra. Namun, Direktur Operasi PT Elnusa Tbk, Eddy Syahbuddin di Jakarta, Kamis (5/11), enggan menyebutkan mitranya itu. Ia hanya mengatakan calon mitranya ini sudah memiliki pengalaman dalam pekerjaan pengeboran lepas pantai. "Biaya investasinya memang sangat mahal sekitar US$250 juta, tetapi peminatnya juga sangat besar," katanya.

Eddy mengungkapkan bahwa investasi alat pengeboran lepas pantai itu rencananya akan direalisasikan pada tahun 2010 disaat harga minyak sedang membaik. Biasanya, lanjutnya, ketika harga minyak sedang membaik seperti sekarang ini, maka akan banyak investor yang membutuhkan alat pengeboran lepas pantai, tetapi kalau harga turun mereka beralih ke darat.

"Sewa peralatan pengeboran dengan kapasitas 1 horse power (hp) sekitar US$25 sampai US$30 per hari, seandainya dapat disediakan 1.000 hp berarti sewanya bisa US$25.000 per hari. Selain itu, alat bor berkapasitas 550 HP harga dipasaran saat ini sekitar US$8 juta-US$10 juta, sementara untuk kapasitas besar 1500 HP hargaya mencapai US$25 juta-US$44 juta," jelasnya.

Sebagai penyedia jasa pengeboran, tutur Eddy, pihaknya selama ini sudah melayani perusahaan besar seperti Total, Pertamina, Cevron, dan sebagainya. Selain jasa pengeboran, Elnusa juga menyediakan jasa Geosains atau Seismic untuk mengetahui kandungan minyak yang berada di daratan maupun lautan. "Layanan yang diberikan selama ini baru yang berlokasi di darat. Untuk di laut, kami tengah menjajaki karena investasinya mahal dan butuh peralatan serta kapal khusus untuk itu," ungkapnya.

Koleksi Saham

Prospek perusahaan penyedia jasa produksi dan eksplorasi seperti Elnusa sangat bagus ke depannya, seiring terus membaiknya harga minyak dunia. Harga minyak sempat turun pada Februari 2009 di tingkat terendah US$33,98 per barel, setelah dalam lima tahun terakhir harga minyak mencapai level tertinggi US$145,29 per barel, tetapi saat ini harga minyak sudah mencapai US$80 per barel.

Analis Danareksa bidang energi, Lisa Yulianingrum mengatakan, meski belum ada yang memprediksi harga minyak dengan benar, tetapi badan energi di Amerika Serikat, yaitu EIA memperkirakan harga minyak di tahun 2030 akan mencapai US$100 per barel.

Saat ini, produksi minyak masih dikuasai Arab Saudi dan diperkirakan masih memiliki cadangan besar, serta diuntungkan lifting cost yang rendah. Sampai dengan tahun 2008, AS, Cina, dan Jepang masih mengkonsumsi sepertiga total konsumsi dunia.

Dia juga mengungkapkan, investasi di sektor eksplorasi dan produksi meningkat tiga kali lipat sejak tahun 2000 sampai 2008, namun kenyataannya penambahan produksi minyak relatif sedikit

0 komentar: