Minggu, 17 Januari 2010

Tarakan Sebagai Ladang Minyak , Ladang Perang Dan Saat Ini
Migas Tarakan


Peta Tarakan


Pulau Tarakan yang ditemukan oleh BPM (Bataavishe Petroleum Maatchapij) tahun 1896, menjadi primadona Belanda dengan mendatangkan banyak pekerja-pekerja pertambangan dari pulau Jawa dan daerah daerah lainnya. Menyadari begitu pentingnya Pulau ini, maka pada tahun 1923 Belanda menempatkan seorang Asisten Residen di Tarakan yang membawahi lima wilayah yakni Tarakan, Tanjung Selor, Berau, Malinau dan Apo Kayan. Dalam waktu yang cepat, Tarakan telah berkembang menjadi pusat produksi minyak dengan memiliki 2 sumur yang mampu menghasilkan 80.000 barel minyak perbulan pada tahun 1941.

Melalui BPM, Belanda sangat kenyang menikmati keuntungan dengan mengeruk minyak dari perut bumi Tarakan. Minyak mentah Tarakan yang termasuk dikatagorikan sebagai minyak kualitas nomor 1 dunia langsung dibawa ke Amsterdam dengan mempergunakan kapal laut, yang salah satunya terkenal dengan nama kapal Prins van Orange.

Karna potensinya yang begitu amat besar, Pulau Tarakan banyak di incar Negara-Negara lain yang ingin merebutnya.Tercatat 2 kali peperangan besar terjadi di Tarakan semasa penjajahan dahulu. Yang pertama adalah pertempuran antara Jepang melawan Belanda, dan perang kedua yang dikenal dengan sebutan Battle of Tarakan (Perang Tarakan) adalah perang yang besar antara pasukan tentara sekutu (pasukan gabungan Australia, AS dan Belanda) melawan tentara Jepang. Penyebab ke 2 perang tak lain karna Tarakan adalah ladang minyak, disamping secara geografis memiliki letak yang sangat strategis yang berguna sebagai sumber daya pendukung dalam peperangan saat itu.

Kenikmatan ini berakhir di tangan Jepang, dimana saat itu Jepan adalah Negara di Asia yang sangat agresif secara militer menargetkan Tarakan sebagai gerbang dalam upayanya mencari sumber energi baru di kawasan Hindia Belanda. Tarakan dipilih selain karena kaya akan minyak yang memiliki kategori kualitas nomor satu, juga karna letak strategis pulau ini yang menghubungkan jalur laut ke Australia, Filipina, dan Timur Jauh. Perlu diketahui beberapa hari sebelum menguasai Tarakan, Jepang terlebih dahulu telah menguasai Manila, Sabah, dan Brunei. Dengan dikuasainya Tarakan, maka pulau ini dapat digunakan sebagai pintu masuk untuk pendudukan selanjutnya ke sumber-sumber minyak lainnya yakni di daerah Balikpapan, Pangkalan Brandan di Sumatera Utara, Palembang di Sumatera Selatan, dan Cepu di Jawa Tengah.

Setelah Belanda menyerah, sekitar 5.000 penduduk Tarakan menderita di bawah kebijakan-kebijakan represif pendudukan Jepang. Pada masa ini, banyak penduduk Tarakan yang kemudian berpindah ke wilayah Tawau, Sabah . Tercatat, selama masa pendudukannya, Jepang juga mendatangkan sekitar 600 buruh pekerja dari Pulau Jawa ke Pulau Tarakan untuk bekerja di ladang minyak.Walau pasukan Belanda sebelum mereka menyerah sempat membumihanguskan ladang minyak Tarakan , Jepang mampu mengembalikan bahkan meningkatkan produktifitas ladang minyak Tarakan hingga 350.000 barel per bulan hingga awal tahun 1944.

0 komentar: