Minggu, 17 Januari 2010

Kerja Keras Adalah Energi Kita

Setelah lebih dari 100 tahun lebih minyak bumi mendominasi dunia bahan bakar, diperkirakan cadangan bahan bakar fosil ini hanya tersisa untuk pemakaian sekitar 30 sampai 40 tahun lagi. Setelah itu era sumber energi yang tak dapat diperbaharui ini sudah harus tergantikan. Bahkan situasi Indonesia lebih memprihatinkan lagi, dengan tingkat konsumsi pemakaian seperti sekarang ini, perut bumi Indonesia akan kering minyak bumi dalam jangka waktu sekitar 15 sampai 20 tahun lagi. Sulit dibayangkan bila saat itu tiba, akan seperti apa bentuk kehidupan ini tanpa minyak bumi yang telah menjadi motor penggerak utama perekonomian dunia selama ini.
Peradaban Indonesia

Pada dasarnya bangsa kita adalah keturunan dari peradaban pe-kerja keras. Sejarah membuktikan , bahwa nenek moyang kita adalah bangsa yang besar, dimana kebesaran itu tak akan mungkin diraih tanpa perjuangan dan kerja keras. Adanya kesadaran bahwa kerja keras adalah energi kita telah menjadi naluri bangsa yang terbentuk semenjak dulu, diturunkan, mengalir dan tertanam dalam darah kita. Lalu apa sebenarnya yang terjadi dengan kebesaran yang pernah di raih nenek moyang kita dimasa lalu ? Apa yang membuat peradaban kita yang begitu besar bisa jatuh kemasa penjajahan begitu lama? Dan apa hikmah yang bisa kita ambil dari kejadian itu, khususnya dalam dunia energi kita di zaman modern ini?

Kita sepakat akan adanya satu kenyataan bahwa tidak ada yang abadi dalam kehidupan ini, ada pasang dan ada surut. Demikian pula yang terjadi dengan kebesaran kerajaan kerajaan nusantara dimasa lalu. Bahwa jatuhnya nusantara ke masa penjajahan, bukan karna kita tak menyadari bahwa kerja keras adalah energi kita, akan tetapi masa itu merupakan bagian dari proses pasang surutnya peradaban, dan masa-masa surut peradaban kita saat itu dimanfaatkan oleh negara-negara lain untuk mengusai Nusantara yang kaya akan hasil alamnya. Pasang surut itu berlaku untuk semua peradaban bangsa-bangsa di seluruh dunia. Sejarah membuktikan kebesaran bangsa Yunani dimasa ribuan tahun yang lalu, Mesir, Persia, Mongolia, Portugis, Spanyol dan lain sebagainya, tapi apa yang terjadi sekarang pada bangsa-bangsa yang nampaknya kuat secara ekonomi dan pertahanan dimasa lalu? Kenyataannya kini mereka masuk katagori dunia berkembang, masuk dalam katagori dunia ke 3 di zaman modern ini, sama seperti Negara tercinta Indonesia.
Indonesia Pasang

Apa hikmah yang bisa kita ambil adanya pasang surut sebagai sesuatu yang alami dalam sebuah peradaban? 3,5 abad kita melewati masa surut peradaban kita damasa penjajahan, dan kini 64 tahun kita sudah merdeka, marilah kita sadari bahwa masa 64 tahun ini menjadi transisi “Menuju Indonesia Pasang”, dimana kekuatan energi kita selama ini hanya kuat untuk tetap bertahan mengambang di lautan agar tak tenggelam, kini siap menggulung ombak, menghempas menguasai daratan. Hal ini tak akan mungkin terjadi tanpa kerja keras, karna kerja keras adalah energi kita, energi kita untuk tetap bertahan dan dihargai sebagai bangsa,energi kita untuk mampu terbang tinggi layaknya Garuda dan kibarkan merah putih di angkasa raya.

Tapi apakah impian kita ini akan terwujud hanya dengan kerja keras saja? apakah selama ini pula kita telah memanfaatkan 100% energi dari hasil kerja keras kita? Kalau belum, siapakah yang menikmati energi hasil kerja keras kita? Kemana larinya energi hasil kerja keras kita? Seperti halnya di masa lalu, berapa besar energi kerja keras kita yang terkuras untuk membangun jalan Anyer-Panarukan pada masa itu? Dan siapa yang menikmati hasil energi kerja keras kita saat itu? Apakah kerja keras seperti itu yang kita inginkan? Kalau tidak, apa yang seharusnya mengimbangi kerja keras kita sehingga energi yang terhasilkan semaksimal mungkin bisa kita manfaatkan? Jawabanya adalah Kecerdasan.
IPTEK

Kita harus tahu kapan kita harus meninggalkan minyak bumi sebelum minyak bumi meninggalkan kita, kita harus sudah beralih sebelum minyak bumi terkuras habis. Saatnya kita menyadari, bahwa ada sumber energi yang lebih berharga dari semua bentuk sumber energi yang kita kenal sekarang ini, sumber energi itu adalah potensi yang ada di dalam diri bangsa Indonesia. Seperti halnya minyak mentah yang masih berada di dalam bumi, potensi-potensi itu harus digali, harus ditambang, disuling, diolah, dikemas sehingga akhirnya membentuk satu produk, produk yang mampu meneyelesaikan permasalahan energi dimasa depan, produk itulah kecerdasan. Tanpa kecerdasan semua energi kerja keras kita akan sia-sia. Kita akan tetap membeli atau mengimport teknologi, kita tak akan mandiri sebagai bangsa, kita akan selalu tergantung dari negara lain untuk mencukupi kebutuhan kita dalam dunia energi dan segala permasalahannya. Singkat kata, Kerja keras adalah energi kita, kerja keras nan cerdas adalah bijaksana.

Sejarah membuktikan bahwa keberhasilan sebuah negara sangat ditentukan oleh penguasaan dan ketersediaan akan energi untuk menggerakan semua sektor-sektor yang mendukung keberhasilan ekonomi makronya. Dan satu hal yang perlu di garis bawahi, bahwa negara-negara penguasa energi itu adalah negara yang menempatkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) dibarisan terdepan untuk mendukung sektor energi. Dengan cara ini terbukti mereka memiliki power untuk menguasai energi negara lain tanpa harus memiliki sumbernya. Dengan strategi ini, mereka mampu membuat negara-negara yang kaya akan sumber energi menjadi tergantung pada kecerdasan si pemilik teknologi untuk mengolah dan mengembangkannya. Singapura adalah salah satu contoh negri kecil mungil tetangga kita yang telah menerapkan strategi ini.
Kerja Keras Nan Cerdas

Sudah saatnya kita belajar dari kenyataan tersebut. Pengembangkan IPTEK yang berorientasi pada sektor energi sudah mendesak, saatnya kita mendirikan kilang-kilang sumber daya manusia (SDM), menambang potensi-potensi dari seluruh penjuru tanah air tercinta, menghasilkan insan-insan teknologi yang cerdas, yang mampu mendukung perkembangan sektor energi masa depan dan siap menghadapi berbagai permasalahannya. Hasil dari semuanya ini, diharapkan bisa mengurangi dan menghindari ketergantungan teknologi energi kita pada negara lain nantinya. Malah sebaliknya, kita akan memiliki kapasitas untuk mengekspor teknologi energi ke negara-negara yang membutuhkan, sehingga merekalah yang akan bergantung kepada teknologi dan kecerdasan SDM yang kita miliki.

Apapun pengganti utama minyak bumi yang kita gunakan nantinya, kecerdasan sumber daya manusia-nya harus mendapatkan perhatian khusus diatas segalanya. Dan tentu saja peran pemerintah melalui Pertamina sebagai salah satu pelaku utama industri energi di Indonesia, menjadi kunci untuk tercapainya impian yang membutuhkan kerja keras ini. Saatnya kita berjuang untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa kita bukan saja pekerja keras, tapi juga pekerja-pekerja cerdas.”Kerja Keras Adalah Energi Kita - Kerja Keras Nan Cerdas Adalah Bijaksana”.

0 komentar: